29 Juli 2011

ATL : WORKSHOP INTERNATIONAL “CELEBRATING DIVERSITY”



A. Pengantar
Kedudukan tradisi lisan sebagai bagian dari warisan budaya bangsa ditetapkan dalam Konvensi UNESCO tertanggal 17 September 2003. Sebagai bagian dari intangible cultural heritage, dikatakan bahwa Oral traditions is important to be transmitted value things: oral traditions is going to be the source of identity for humanity in this millenium (Konggres IFLA, Agustus 1999). Tradisi lisan terbukti juga, selain merupakan identitas komunitas dan salah satu sumber penting dalam pembentukan karakter bangsa, tradisi lisan adalah pintu masuk untuk memahami permasalahan masyarakat pemilik tradisi yang bersangkutan.
Kedudukan dan peran tradisi lisan yang sedemikian strategis tersebut mendorong Universitas Haluoleo (UNHALU) untuk bekerja sama dengan Asosiasi Tradisi Lisan menyelenggarakan sebuah pertemuan ilmiah berbentuk yang akan membahas berbagai tradisi lisan dan tradisi lainnya dalam mengungkap permasalahan utama di Sulawesi Tenggara yang berkaitan dengan potensi konflik antaretnis . Berbagai konflik yang muncul pada masa terakhir ini, khususnya yang terjadi di kampus UNHALU, Kendari dipicu oleh kekuatan hegemoni tertentu dan faktor sosial politik. Situasi tersebut telah menjadi isu nasional yang mengkhawatirkan karena sampai saat ini belum ditemukan pemecahan masalah yang bersifat strategis dan melegakan berbagai pihak yang berkenaan.
Didorong oleh peran dan fungsi sebagai gerbang utama pembentuk peradaban, UNHALU berinisiatif menyelenggarakan Workshop Internasional disertai dengan Temu Tokoh Adat dan Pementasan Tradisinya. Tema yang akan diajukan adalah “Perayaan Keragaman” (Celebration Diversity) mengingat berbagai etnis yang berpotensi menciptakan konflik cenderung tidak melihat keragaman etnis yang ada sebagai sebuah kekayaan budaya bersama.
Merayakan keberagaman (Celebrating Deversiti) merupakan serangkaian program yang puncak kegiatannya dilakukan selama dua hari, tanggal 9-10 September 2011 di Universitas Haluoleo, Kendari. Sebelum acara ini, kegiatan akan diawali dengan workshop sehari, tanggal 8 September 2011 untuk membicarakan bagaimana menominasikan Dokumen dan Arsip untuk diusulkan ke Program UNESCO Memory of the World (MOW).
Kegiatan ini direncanakan sebagai salah satu bukti kepedulian dan keterlibatan pihak sivitas akademika Universitas Haluoleo (UNHALU) pada peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Seperti yang dapat diikuti dari media cetak, radio, dan televisi berbagai kerusuhan dan ketegangan antaretnis terjadi di Kendari dan juga di dalam kampus UNHALU. Sampai kini belum ada penyelesaian menyeluruh yang bersumber pada kenyataan apakah ketegangan atau kerusuhan tersebut memang alami sifatnya ataukah direkayasa oleh pihak tertentu. Yang dapat dilihat adalah kerusuhan tersebut telah mengakibatkan ternodanya bingkai keragaman dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Belum adanya ratifikasi dari pihak pemerintah akan konvensi internasional yang telah diresmikan oleh UNESCO (Convention of Cultural Diversity) juga menjadi penyebab peleraian ketegangan tidak berjalan dengan rambu-rambu konvensi internasional yang sudah berlaku saat ini. Keragaman bukan dipandang sebagai sebuah kekayaan budaya, tetapi hanya sebagai wacana saja.
Rangkaian program ini akan dimulai dengan mengumpulkan data terbaru kondisi masyarakat Sulawesi Tenggara. Kunjungan untuk survei akan dilakukan oleh tim ATL untuk mendapatkan informasi awal mengenai kondisi nyata terbaru dari masyarakat Sultra. Survei ini dilakukan pada bulan Maret-April 2011. Pertemuan dengan beberapa tokoh adat yang diusahakan dalam survei akan memberikan masukan bagi berlangsungnya program perayaan keberagaman.
Data yang diperoleh tersebut akan diolah untuk melihat peluang mengembangkan sikap inklusif, menerima perbedaan budaya sebagai sesuatu yang sudah semula jadi dan menjadikan perbedaan tersebut sebagai milik bersama untuk berkembang bersama pula. Kegiatan selanjutnya dilakukan dalam bentuk seminar dan workshop internasional yang akan dihadiri oleh para ahli internasional, nasional, dan lokal dan yang terpenting adalah dihadiri oleh para pemuka adat atau tokoh informal dari masing-masing komunitas di SULTRA.
Bersamaan dengan program utama (seminar dan diskusi interaktif), juga diadakan program yang berkelanjutan sebelum puncak acara dilaksanakan, yaitu merancang konsep ratifikasi konvensi tentang keberagaman yang sudah disahkan oleh UNESCO pada tahun 2003, yaitu Convention of Cultural Diversity. Mengingat situasinya, Indonesia amat berkepentingan dengan konvensi ini karena itu perlu segera melakukan ratifikasi convention tersebut.
Dalam konsep pengembangan sikap inklusif, media dapat berperan besar. Media itu sendiri dapat mengembangkan sikap yang multikultural, bukan malah sebaliknya menjadi pemicu tumbuh kembangnya sikap saling mencurigai dan permusuhan antara budaya yang berbeda. Media lokal (elektronik dan cetak) akan dilibatkan untuk menyukseskan program merayakan keberagaman ini.
B. Seminar dan Workshop
Seminar akan dilakukan dalam 3 hari, 8, 9, dan 10 September 2011. Seminar akan diawali dengan Workshop UNESCO yang berlangsung pada hari Rabu, tanggal 8 September 2011 dan malamnya diikuti dengan Pentas Tradisi. Selanjutnya kegiatan seminar yang berlangsung pada hari Kamis, tanggal 9 September sejak dari pagi sampai sore hari dan pada malam harinya akan disiapkan pentas seni tradisi komunitas di SULTRA. Seminar akan dibagi menjadi dua sesi setiap harinya, sesi pagi dan sesi siang. Seminar akan dilaksanakan secara pleno dengan menampilkan 2 orang pembicara utama (Mantan Wakil Presiden RI, Jend. Purn Try Sutrisno, Rektor UNHALU, dan dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI) dan sesi-sesi Panel untuk pemaparan tiga orang pemakalah undangan setiap sesinya. Pembicara berasal dari dalam dan luar negeri. Setiap sesi pleno akan dipimpin oleh seorang moderator. Acara ini rencananya akan dibuka oleh Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr. Fasli Djalal.
Sesi seminar selama dua hari
I. Jam 08.00-10.00 WITA (seminar)
II. Jam 10.30-12.30 WITA (dialog budaya)
III. Jam 13.30-15.30 WITA (seminar)
IV. Jam 16.00-17.30 WITA (dialog budaya)
Setiap hari akan dilaksanakan dua sesi dialog budaya yang merupakan workshop untuk pengembangan pemahaman multikulturalisme. Dialog budaya akan dipimpin oleh satu orang fasilitator dari beberapa unsur pimpinan daerah dan ketua-ketua adat. Peserta dialog budaya sebagian besar akan berasal dari Sultra, sebagian fasilitatornya dari luar Sultra. Seminar dan dialog budaya akan dilaksanakan di lingkungan kampus Unhalu. Tempat seminar dan dialog budaya pada ruang yang sama dengan mempertimbangkan kapasitas peserta yang mencapai 200 orang. Peserta terdiri atas:
1. Para Undangan dari Pemda dan Universitas
2. Ketua ATL Daerah
3. Peneliti, Dosen, Guru-guru
4. Pemilik Sanggar
5. Budayawan, Tokoh-tokoh Komunitas Adat
6. Wartawan nasional dan daerah
Setiap peserta seminar akan diberikan sertifikat, seminar kit, dan cendera mata.
Festival kesenian akan dilaksanakan selama dua hari bersamaan dengan pelaksanaan seminar dan workshop. Pagi sampai sore untuk seminar dan malam hari akan dilaksanakan festival. Festival bersumber pada dua bentuk karya seni. Pertama karya seni tradisi yang mewakili 13 masyarakat yang telah ‘dianggap’ menjadi bagian dari Sulawesi Tenggara. Setiap suku bangsa akan menampilkan kesenian tradisi yang mereka miliki. Pertunjukan dari masing-masing suku bangsa ini akan diatur pajang dan bentuk pertunjukannya. Peserta pertujukan ini adalah wakil dari wilayah-wilayah yang ada di Sultra. Pelaku pertunjukan adalah masyarakat yang masih aktif dan tokoh-tokoh tradisi di wilayahnya.
Kedua, adalah karya pertunjukan baru merupakan representasi dari 13 masyarakat yang ada di Sultra. Karya ini akan dilakukan oleh mahasiswa Unhalu dengan bantuan pembuat karya Sultra dan didampingi oleh seniman nasional. Karya baru ini bertujuan untuk memberikan gagasan bahwa karya tradisi dapat menjadi sumber penciptaan yang tak ada habisnya sekaligus memperlihatkan bahwa perbedaan tradisi dapat didialogkan dan dikolaborasi untuk menciptakan karya yang menarik. Festival akan dilaksanakan pada kawasan kampus Unhalu yang dilengkapi dengan peralatan untuk pertunjukan yang berkualitas. Pertunjukan akan berlangsung selama dua malam, dan setiap malamnya dilaksanakan jam. 19.30-22.00 WITA. Pertunjukan akan terbuka untuk umum. Hal ini akan berdampak secara lebih luas bahwa sikap multikulturalisme dapat tumbuh dari tradisi-tradisi masyarakat yang berbeda.
C. Pameran
Pameran adalah memperlihatkan tradisi yang berbeda dari setiap masyarakat yang ada di Sultra. Bahan pameran berupa benda-benda tradisi, ciri tradisi (pakaian adat dslbnya), kuliner tradisional. Bahan-bahan pameran ini akan disiapkan oleh kabupaten/kota di Sultra untuk mewakili keberagaman masyarakatnya. Bahan pameran akan ditata dengan teknik presentasi pamaeran yang profesional di tempat-tempat yang telah disipakan berdekatan degan tempat pelaksanaan seminar dan festival.
Pameran ini dapat juga diarahkan untuk membuat replika dari bentuk tradisi, sehingga dapat dijadikan barang yang dijual kepada pengunjung. Kuliner yang dipamerkan untuk dapat dinikmati oleh pengunjung pameran. Aspek ini akan membuka kesempatan untuk mengenal ciri dari masyarakat tertentu dan meningkatkan apresiasi masyarakat pengunjung pada perbedaan.
D. Kunjungan Masyarakat dan Lingkungan Sultra
Perserta seminar dan workshop akan mendapat kesempatan untuk melakukan kunjungan ke tempat-tempat komunitas adat yang ada di sekitar Kendari. Kunjungan juga dapat dilakukan untuk memperkenalkan kekayaan alam dan budaya Sultra. Lokasi dan jadwal kunjungan akan ditentukan kemudian.
E. Kontak Sekretariat:
Jabatin Bangun (General Secretary of the ATL) or Andi Sulkarnaen (staf)
Jalan Menteng Wadas Timur no.8 (Jalan Bogor Lama no 8)
Jakarta Selatan 12970 , Indonesia
Telp. & Faks: +62218312603
HP: + 62 85216043444 (Jabatin) ; +622195513730 (Andi Sulkarnaen)

2 komentar:

anthi max mengatakan...

saya anak unhalu
apakah mahasiswa kajian budaya S-2.
workshop ini akan sangat membangun. apakah ini terbuka untuk umum?
tq be4

habriyanti mengatakan...

good job.......
cu an september...
keep figthing