Sebuah acara bernama workshop internasional “Celebrating Diversity” telah digelar di Auditorium Moodompit, Universitas Haluoleo, Kendari (Sulawesi Tenggara) sejak 8 sd 10 September 2011. Acara yang dibuka oleh Rektor Universitas Haluoleo ini merupakan kerja sama Universitas Haluoleo, Aosiasi Tradisi Lisan (ATL), Unesco, dan Lembaga Sensor Film (LSF).
Dalam acara pembukaan itu, Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, MS selaku Rektor Universitas Haluoleo menyatakan permohonan maafnya karena Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr. Fasli Jalal berhalangan hadir untuk membuka secara langsung kegiatan workshop yang dihadiri tidak kurang 200 peserta yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan pemerhati budaya itu.
Pada kesempatan tersebut, rektor mengutarakan bahwa workshop yang memakan waktu tiga hari itu akan membahas serta mengkaji pelbagai tradisi lisan dari berbagai etnis untuk mengungkap persoalan utama yang berelasi dengan adanya potensi konflik antaretnis yang dialami di Sulawesi Tenggara.
Disadari, kata H. Usman Rianse, bahwa tardisi yang ada di Indonesia, terutama di Sulawesi Tenggara memiliki keberagaman etnis, budaya, maupun bahasa. Dengan keberagaman itu, sebagai sebuah kekayaan budaya yang telah diwariskan nenek moyang bangsa Indonesia diharapkan menjadi perekat antaretnis tanpa memandang perbedaan.
Senada dengan Rektor Haluoleo, Prof. Dr. Arief Rachman Hakim, selaku Ketua Harian perwakilan UNESCO Indonesia mengutarakan bahwa, dengan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan Indonesia sebagai laboratorium budaya dunia. Tidak heran, kata Arief Rachman Hakim pada gilirannya kemudian menjadikan Indonesia tempat belajar bagi negara-negara lain. (apb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar