08 Maret 2008

Arsip Berita (2)


27 Maestro Seni Tradisi
Dapat Honor


Sebanyak 27 maestro seni tradisi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke menerima penghargaan dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar). Para seniman berusia lanjut itu setiap bulannya diberikan honorarium sebesar Rp 1 juta untuk mendukung para seniman melakukan transfer pengetahuan kepada para generasi pelanjutnya.
''Pemberian penghargaan ini berangkat dari keprihatinan pemerintah atas kebudayaan kita yang semakin banyak diambil oleh negara lain. Kami berharap dengan penghargaan ini akan mampu mendukung aktivitas para maestro seni tradisi untuk mewariskan keahlian mereka kepada generasi selanjutnya,'' kata Dirjen Nilai Budaya Seni dan Film (NBSF), Mukhlis Paeni di Jakarta, akhir pekan lalu.
Kriteria pemberian kepada para seniman tradisi ini, lanjut Mukhlis, tidak mudah. Di antaranya keahlian yang dimiliki merupakan tradisi yang sudah langka. Selanjutnya keahlian tersebut telah dilakoninya minimal selama 20 tahun. ''Dan, yang lebih penting lagi adalah para seniman yang diibaratkan mati segan hidup tak mau,'' kata Mukhlis memberi perumpamaan terhadap kondisi keseharian para seniman terpilih.
Dengan diberikannya penghargaan berupa honorarium transfer pengetahuan tiap bulan sebesar Rp 1 juta, Muhklis berharap para maestro seni dapat lebih berkonsentrasi menularkan keilmuan mereka atas penguasaan seni tradisi. ''Honorariun transfer pengetahuan akan dihentikan jika para maestro itu dianggap tidak mampu lagi mewariskan keilmuannya,'' katanya. Honor tersebut mulai diberikan pada Januari 2008 ini.
Pemilihan 27 nama itu melibatkan sejumlah pakar dalam bidangnya masing-masing, seperti Dr Mukhlis Paeni, Romo Mudji Sutrisno, Nano Riantiarno, Prof Dr Achadiati, Prof Sardono W Kusumo, Prof Dr Sapardi Sjoko Damono, Prof Dr Ida Sundari Husen, Titi Said, dan Dr Pudentia MPSS MA.
Menurut Ketua Asosiasi Tradisi Lisan, Dr Pudentia, MPSS, MA, timnya telah bekerja sejak Januari tahun lalu. Dari hasil verifikasi itu terjaring 50 nama seniman tradisi. Namun, setelah melalui proses seleksi yang sangat ketat, akhirnya ditetapkan 27 nama sebagai maestro seni tradisi. ''Ada pun dalam bank data kami di Indonesia kira-kira masih terdapat 300 sampai 400-an seniman tradisi yang tersisa di seluruh Indonesia,'' katanya.
Encim Masnah, 75 tahun, penyanyi klasik gambang kromong dari Tangerang, Banten, mewakili ke-27 maestro penerima penghargaan, menyatakan kegembiraannya. ''Selama ini kami berjuang sendiri untuk meneruskan warisan turun temurun orang tua kami. Penghargaan ini memberikan dorongan kami untuk makin giat mewariskan seni tradisi kepada generasi selanjutnya,'' kata dia. (akb)


sumber:www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=318740&kat_id=383 - 31k

Tidak ada komentar: